Selasa, 21 November 2017

BANSER menggeruduk Pengajian (?)

Cilacap, kitaberjejak.blogspot.com - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Tengah menggelar Bahtsul Masail pada Senin, 20 November 2017. Bertempat di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumadin Kesugihan Cilacap, kegiatan yang di ikuti oleh seluruh perwakilan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama se Jawa Tengah digelar.

Suasana Bahtsul Masail PWNU Jawa Tengah
sumber : nujateng.com
Bahtsul Masail merupakan kegiatan yang akrab di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), sebagai tradisi intelektual  yang sudah berlangsung sangat lama. Bahkan sebelum Nahdlatul Ulama itu lahir menjadi organisasi formal, praktek bahtsul masail telah ada lebih dulu ditengah masyarakat. Sampai saat ini tradisi Bahtsul masail masih tetap di praktekkan oleh NU untuk merespon dan memberikan solusi problematika aktual yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak tanggung-tanggung, NU membentuk lembaga khusus untuk mengurusi kegiatan Bahtsul Masail yang dikenal dengan Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU).

Dalam Bahtsul masail kali ini, salah satu persoalan sosial yang diangkat untuk dibahas adalah tentang hukum dari Monopoli frekuensi publik, “Ini persoalan yang sangat krusial, yang seharusnya pemerintah bisa mengatur ulang. Jika regulasi belum bisa menjerat orang-orang yang memonopoli, maka rekomendasi kami yang berdasarkan pada hukum Islam bisa dijadikan pertimbangan. Seharusnya dalam memahami regulasi jangan secara tekstual, tapi memperhatikan filosofi hukumnya juga,” jelas Dewan Perumus Bahtsul Masail, Hudallah Ridwan sepeti yang dilansir melalui nujateng.com. Para kyai utusan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama se Jawa Tengah sepakat untuk menetapkan hukum haram terhadap persoalan sosial tersebut.

BANSER Kesugihan turut mensukseskan kegiatan
Bahstul Masail PWNU Jawa Tengah
Sebagai kegiatan ke-NU-an yang diselenggarakan, selain melibatkan para kiyai dan pengasuh pondok pesantren maupun para intelektual-intelektual yang fasih membicarakan soal agama, panitia Bahtsul Masail ini juga melibatkan Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) sebagai pihak yang berperan dalam suksesnya penyelenggaraan acara. Terutama untuk memastikan ketertiban dan keamanan kegiatan, sehingga para peserta yang hadir dapat fokus mengikuti seluruh rangkaian acara tanpa harus mengkhawatirkan keamanannya.

Seperti yang diketahui banyak pihak, BANSER juga dikenal dengan Tentaranya Nahdlatul Ulama atau biasanya disingkat dengan TNU (Tentara Nahdlatul Ulama). Kenapa demikian? Karena BANSER merupakan Kader inti Gerakan Pemuda ANSOR, sebagai wadah kader-kader muda NU, yang dibentuk dan dididik dengan pola pendidikan kader yang semi militer, ditempa dalam pendidikan yang berorientasi pada kekuatan fisik dan mental. Tak heran jika kemudian seragamnya juga hampir mirip dengan Tentara, yaitu Doreng. Lantas apa yang membedakan TNU dan TNI? Keduanya sama-sama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, sama-sama memiliki komitmen yang sama untuk menjaga tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaannya adalah disamping menjaga NKRI, TNU atau BANSER juga menjadi garda depan dalam menjaga para alim ulama, para kyai Nahdlatul Ulama. Dimana ada majelis atau forum pengajian yang mengisi adalah kyai atau Ulama yang menyejukkan ummat, tidak meresahkan ummat, bisa dipastikan di majelis tersebut selalu ada BANSER. Karena itu adalah komitmen dan tugas utama BANSER sebagai Benteng Ulama.

Dalam kesempatan ini, karena kegiatan bertempat di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumadin kecamatan Kesugihan, sehingga BANSER yang dilibatkan dalam menjaga dan mengawal kegiatan adalah dari  Satuan Koordinasi Rayon (SATKORYON) BANSER Kesugihan. Dibawah Komando dari Kepala Satkoryon BANSER Kesugihan, Hadi Mustofa, lebih dari 50 Anggota BANSER dilibatkan dan disiagakan mengawal ketertiban dan keamanan kegiatan. Yang terbagi dalam beberapa titik keamanan. Mulai di arena utama kegiatan, ditempat menginap para peserta dari Pengurus Wilayah NU maupun di pinggir-pinggir jalan raya dan pintu gerbang utama Pesantren. BANSER sendiri sudah stanby di arena bahtsul masail mulai dari tanggal 19 November malam, tentunya sampai seluruh rangkaian kegiatan selesai yaitu malam Selasa, 20 November 2017.

Perlu diketahui, bukan baru kali ini saja BANSER menggeruduk untuk menjaga pengajian atau forum-forum keagamaan. Seperti yang saya sampaikan diatas, BANSER hampir selalu ada ketika ada forum yang dihadiri oleh kyai-kyai NU. Di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumadin sendiri, dipastikan setiap majelis pengajian Kliwonan selalu ada BANSER yang bertugas mengawal. Setiap peringatan Hari Ulang Tahun (HAUL) Pondok pesantren juga pasti ada BANSER yang turut mengawal. Dan meskipun sebagai tenaga yang bertanggungjawab terhadap keamanan dan ketertiban, dalam forum-forum pengajian atau kajian keagamaan, BANSER didik untuk tidak pernah berharap dapat imbalan berupa uang bayaran atau istilah yang lainnya. BANSER melakukan semua itu dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap Ridlo Alloh subhanahu wata’ala. Kalaupun ada yang memberi imbalan dalam bentuk apapun, itu dianggap sebagai Bonus yang harus disyukuri. Wallohu A’lam bishowab (123)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar