Cilacap, kitaberjejak.blogspot.com - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
(PWNU) Provinsi Jawa Tengah menggelar Bahtsul
Masail pada Senin, 20 November 2017. Bertempat di Pondok Pesantren Al Ihya
Ulumadin Kesugihan Cilacap, kegiatan yang di ikuti oleh seluruh perwakilan dari
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama se Jawa Tengah digelar.
![]() |
Suasana Bahtsul Masail PWNU Jawa Tengah sumber : nujateng.com |
Bahtsul Masail merupakan kegiatan yang akrab di lingkungan
Nahdlatul Ulama (NU), sebagai tradisi intelektual yang sudah berlangsung sangat lama. Bahkan
sebelum Nahdlatul Ulama itu lahir menjadi organisasi formal, praktek bahtsul masail telah ada lebih dulu ditengah
masyarakat. Sampai saat ini tradisi Bahtsul
masail masih tetap di praktekkan oleh NU untuk merespon dan memberikan
solusi problematika aktual yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak
tanggung-tanggung, NU membentuk lembaga khusus untuk mengurusi kegiatan Bahtsul Masail yang dikenal dengan
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU).
Dalam Bahtsul masail kali ini, salah satu persoalan sosial yang diangkat
untuk dibahas adalah tentang hukum dari Monopoli frekuensi publik, “Ini persoalan yang sangat krusial, yang
seharusnya pemerintah bisa mengatur ulang. Jika regulasi belum bisa menjerat
orang-orang yang memonopoli, maka rekomendasi kami yang berdasarkan pada hukum
Islam bisa dijadikan pertimbangan. Seharusnya dalam memahami regulasi jangan
secara tekstual, tapi memperhatikan filosofi hukumnya juga,” jelas Dewan
Perumus Bahtsul Masail, Hudallah Ridwan sepeti yang dilansir melalui nujateng.com. Para kyai utusan dari Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama se Jawa Tengah sepakat untuk menetapkan hukum haram
terhadap persoalan sosial tersebut.
![]() |
BANSER Kesugihan turut mensukseskan kegiatan Bahstul Masail PWNU Jawa Tengah |
Sebagai kegiatan ke-NU-an yang diselenggarakan,
selain melibatkan para kiyai dan pengasuh pondok pesantren maupun para
intelektual-intelektual yang fasih membicarakan soal agama, panitia Bahtsul Masail ini juga melibatkan
Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) sebagai pihak yang berperan dalam suksesnya
penyelenggaraan acara. Terutama untuk memastikan ketertiban dan keamanan
kegiatan, sehingga para peserta yang hadir dapat fokus mengikuti seluruh
rangkaian acara tanpa harus mengkhawatirkan keamanannya.
Seperti yang diketahui banyak
pihak, BANSER juga dikenal dengan Tentaranya Nahdlatul Ulama atau biasanya disingkat
dengan TNU (Tentara Nahdlatul Ulama). Kenapa demikian? Karena BANSER merupakan
Kader inti Gerakan Pemuda ANSOR, sebagai wadah kader-kader muda NU, yang
dibentuk dan dididik dengan pola pendidikan kader yang semi militer, ditempa dalam
pendidikan yang berorientasi pada kekuatan fisik dan mental. Tak heran jika
kemudian seragamnya juga hampir mirip dengan Tentara, yaitu Doreng. Lantas apa
yang membedakan TNU dan TNI? Keduanya sama-sama memiliki jiwa nasionalisme yang
tinggi, sama-sama memiliki komitmen yang sama untuk menjaga tegak dan utuhnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaannya adalah disamping
menjaga NKRI, TNU atau BANSER juga menjadi garda depan dalam menjaga para alim
ulama, para kyai Nahdlatul Ulama. Dimana ada majelis atau forum pengajian yang
mengisi adalah kyai atau Ulama yang menyejukkan ummat, tidak meresahkan ummat, bisa
dipastikan di majelis tersebut selalu ada BANSER. Karena itu adalah komitmen
dan tugas utama BANSER sebagai Benteng Ulama.
Dalam kesempatan ini, karena kegiatan
bertempat di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumadin kecamatan Kesugihan, sehingga
BANSER yang dilibatkan dalam menjaga dan mengawal kegiatan adalah dari Satuan Koordinasi Rayon (SATKORYON) BANSER
Kesugihan. Dibawah Komando dari Kepala Satkoryon BANSER Kesugihan, Hadi
Mustofa, lebih dari 50 Anggota BANSER dilibatkan dan disiagakan mengawal
ketertiban dan keamanan kegiatan. Yang terbagi dalam beberapa titik keamanan. Mulai
di arena utama kegiatan, ditempat menginap para peserta dari Pengurus Wilayah
NU maupun di pinggir-pinggir jalan raya dan pintu gerbang utama Pesantren. BANSER
sendiri sudah stanby di arena bahtsul masail mulai dari tanggal 19
November malam, tentunya sampai seluruh rangkaian kegiatan selesai yaitu malam
Selasa, 20 November 2017.
Perlu diketahui, bukan baru kali
ini saja BANSER menggeruduk untuk menjaga
pengajian atau forum-forum keagamaan. Seperti yang saya sampaikan diatas, BANSER
hampir selalu ada ketika ada forum yang dihadiri oleh kyai-kyai NU. Di Pondok
Pesantren Al Ihya Ulumadin sendiri, dipastikan setiap majelis pengajian Kliwonan selalu ada BANSER yang bertugas
mengawal. Setiap peringatan Hari Ulang Tahun (HAUL) Pondok pesantren juga pasti
ada BANSER yang turut mengawal. Dan meskipun sebagai tenaga yang
bertanggungjawab terhadap keamanan dan ketertiban, dalam forum-forum pengajian
atau kajian keagamaan, BANSER didik untuk tidak pernah berharap dapat imbalan
berupa uang bayaran atau istilah yang lainnya. BANSER melakukan semua itu
dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap Ridlo Alloh subhanahu wata’ala. Kalaupun ada yang memberi imbalan dalam bentuk
apapun, itu dianggap sebagai Bonus yang harus disyukuri. Wallohu A’lam bishowab (123)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar