Rabu, 28 Februari 2018

Ahmad Fajri : Menyoal Kader dan Kaderisasi

Kesugihan, kitaberjejak.blogspot.co.id – Sebagai organisasi Kader, GP ANSOR Kesugihan menempatkan kegiatan Pengkaderan sebagai kegiatan prioritas. Kegiatan yang harus dilaksanakan secara rutin dalam setiap periodisasi kepengerusan, dengan menyelenggarakan sendiri atau mengikutsertakan ke Kecamatan lain. 
Sebagian Kader GP ANSOR Kesugihan

Lantas, Sebenarnya apa itu Kader dan Pengkaderan atau kaderiasasi?

Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organsisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai pemihak dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya, dalam Wikipedia).

Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa posisi dan peran kader dalam sebuah organisasi sangat penting, yakni untuk memihak dan membantu tugas-tugas pokok organisasi. Jika seseorang sudah mengikrarkan dirinya untuk menjadi kader sebuah organisasi, maka yang melekat dalam dirinya adalah tugas untuk membantu kerja-kerja organisasi tersebut. Jika kemudian ditarik dalam konteks ke GP ANSOR an, dia yang disebut kader GP ANSOR adalah orang-orang yang memiliki kepedulian dan siap sedia untuk memberikan waktu, tenaga, materinya guna tercapainya cita-cita GP ANSOR. (Silahkan baca Peraturan Dasar GP ANSOR Bab III Pasal 4 Tentang Tujuan dari GP ANSOR).

Mari bertanya pada diri kita sendiri, 

Sudahkah kita menjadi Kader yang memihak dan membantu organisasi? Jangan-jangan malah sebaliknya, Justru menjadi penjegal dan Penghambat Organisasi?

Pengkaderan atau kaderisasi, merujuk apa yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk orang menjadi kader.
Dalam konteks ke GP ANSOR an, dalam Buku Peraturaan  Organisasi Gerakan Pemuda ANSOR dijelaskan bahwa Kaderisasi di bedakan menjadi 3 hal yakni, kaderisasi Formal, Kaderisasi Informal dan Kaderisasi Non Formal.  Kaderisasi Formal adalah kaderisasi yang dilakukan melalui pendidikan kader berjenjang yang bersifat fromal dan baku serta pelatihan-pelatihan pengembangan kader lainya. Kaderisasi Informal adalah kaderisasi yang dilakukan diluar jalur-jalur pendidikan kader formal, baik melalui pendampingan ataupu praktek lapangan. Sedangkan kaderisasi Nonformal adalah kaderisasi yang dilakukan langsung melalui penugasan dalam kegiatan kepengurusan organisasi, serta dalam kehidupan nyata ditengah masyarakat.

Bertolak pada pengertian tersebut, pengkaderan tidak berhenti hanya pada soal kegiatan pendidikan kader yang bersifat formal organisasi, yang menurut saya orientasinya pada kuantitas kader,  namun berlanjut pada dinamika organisasi yang memberikan ruang penuh kepada kader-kadernya untuk mengembangkan diri dalam mencapai tujuan organisasi tersebut, yang lebih berorientasi kepada kualitas kader (Kaderisasi Informal dan Non Formal).

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua Kader harus mengikuti Kaderisasi Formal?

Ya. Bagi saya, Wajib bagi seorang kader untuk mengikuti kaderisasi, baik formal, Informal maupun Nonformal. Bahkan tahapan-tahapan kaderisasi formalpun harus dipatuhi. Hal ini dalam rangka untuk memastikan bahwa organisasi benar-benar memiliki kader yang dibutuhkan untuk membantu mencapai cita-citanya, dengan pemahaman yang sama dalam melihat organisasi secara utuh. Standarisasi pemahaman seperti ini hanya dapat diberikan melalui forum kaderisasi formal. 

Yang sudah mengikuti setiap jenjang kaderisasi formal saja belum tentu dirinya dapat menjadi kader, apalagi tidak mengikuti kaderisasi sama sekali. Melihat Realitas hari ini, tidak menjadi jaminan, seseorang yang mengikuti kaderisasi formal sampai tahapan paling tinggi dapat menjadi representasi Kader secara utuh. (123) 

Kamis, 15 Februari 2018

18 Calon Banser Kesugihan digembleng di Binangun

Binangun, kitaberjejak.blogspot.co.id – Jumat Pagi (16/2) Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Kesugihan dibawah Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) ANSOR Kesugihan melaksanakan Apel di Halaman Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) kabupaten Cilacap. Apel ini dilaksanakan dalam rangka untuk melepas 18 Calon kader Banser Kesugihan yang akan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (DIKLATSAR) di Kecamatan Binangun.
Apel Banser Kesugihan
di Halaman Pusdiklat PCNU Cilacap

Pada Diklatsar Binangun ini, Satkoryon Kesugihan mengirimkan calon kader Bansernya sebanyak 18 orang. Jumlah ini berkurang dari yang sebelumnya mendaftar berjumlah 21 orang, karena beberapa alasan ada 3 peserta yang datanya sudah masuk ke Satkoryon Kesugihan terpaksa belum bisa mengikuti Diklatsar di Binangun.

Diklatsar di Binangun sendiri, merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh PAC GP  ANSOR Kecamatan Binangun. Kegiatan ini merupakan kaderisasi formal yang harus diikuti oleh seluruh orang yang bergabung dan menjadi bagian dari Banser.  Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 16 hingga 18 Februari ini dilaksanakan di Komplek MI dan MTs Al Kholidiyah Widarapayung Wetan Binangun.

18 Calon Peserta dari Kesugihan
Rencananya kegiatan ini akan dibuka langsung oleh KH Su’ada Adzkiya, Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Cilacap. Sampai berita ini dirilis, Lokasi kegiatan yang dipusatkan di Mts Al kholidiyah sudah ramai dipadati oleh calon peserta diklatsar maupun Instruktur dari Satkorcab Banser Cilacap, maupun para tamu Undangan yang akan mengikuti Acara Pembukaan. (123)

Selasa, 06 Februari 2018

Angka 9, Bambu Runcing dan Totalitas

Karangpucung, kitaberjejak.blogspot.co.id – Baju Hijau berkombinasi Putih itu terpaksa kulepas, saat menaiki motor Sport sejenis KLX ketika gerimis masih saja tidak menunjukkan i’tikadnya untuk berhenti berjatuhan di Desa Sindangbarang Karangpucung. Kondisi ini mengharuskan saya untuk hanya berkaos oblong berwarna hitam, ketika pulang dari Rihlah bersama sahabat-sahabat kelompok 6.  karena bagi saya baju hijau tersebut harus terlindungi dari percikan air berlumpur yang ditimbulkan oleh laju sepeda motor tanpa penutup roda belakang tersebut. Apalagi baju tersebut masih akan dipakai sampai malam hari, untuk melanjutkan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) Kabupaten Cilacap.

Rihlah merupakan satu dari sekian Sesi, yang harus diikuti oleh seluruh peserta PKL GP ANSOR Kabupaetn Cilacap. Pada sesi rihlah ini, peserta diharuskan berbaur dengan masyarakat di wilayah yang telah ditentukan, untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tersebut. tak hanya di identifikasi, persoalan tersebut juga harus dianalisa kemudian dirumuskan solusi pemecahan masalahnya dan dituangkan dalam rekomendasi hasil Rihlah. Rihlah merupakan sesi penghujung dari rangkaian acara PKL yang diselenggarakan sejak 2 hingga 4 Februari 2018 oleh Pimpinan Cabang (PC) GP ANSOR Kabupaten Cilacap.
Rihlah di Dusun Jetak, Sindangbarang, Karangpucung

PKL merupakan kaderisasi formal tingkat menengah yang hanya dapat diikuti oleh kader GP ANSOR yang telah lulus kaderisasi tingkat dasar dan hanya dapat diselenggarakan oleh Kepengursan GP ANSOR setingkat Cabang atau diatasnya. Pada PKL yang diselenggarakan di MI Nurul Iman Sendangbarang Karangpucung ini, di ikuti oleh 63 Peserta dari 3 kabupaten yang berbeda, yaitu Cilacap, Banyumas dan Purbalingga. Dengan dipandu langsung oleh instruktur tingkat Wilayah Jawa Tengah, dan 5 Narasumber dari Pimpinan Pusat GP ANSOR.

Dalam pelaksanaannya, dalam pandangan saya, PKL ini memiliki beberapa hal yang menarik dan kemungkinan hal tersebut merupakan sebuah pesan yang memiliki filosofi yang dalam. Dan baru disadari menjelang Penutupan. Beberapa hal yang menjadi pembelajaran menarik tersebut diantaranya :

1. Angka Sembilan (9)

Kita tahu bahwa angka sembilan merupakan angka yang sangat dekat dengan Organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Angka Keramat yang tidak bisa dilepaskan dengan NU. Hal itu bisa dilihat dari jumlah bintang yang ada di Lambang NU berjumlah 9 buah, yang memiliki filosofi bahwa NU itu meneruskan semangat perjuangan Walisongo yang berjumlah sembilan orang, dalam berdakwah menyebarkan ajaran islam ditanah jawa.
Tidak hanya di NU, angka sembilan juga sangat lekat dengan orang jawa. Bahwa dalam tradisi arab tulisan jawa terdiri dari huruf Jim dan Wawu yang mana masing-masing memiliki bobot nilai. Huruf Jim berbobot 3 dan Wawu berbobot 6 jika keduanya dijumlahkan hasilnya menjadi angka 9. Lantas apa hubungannya angka 9 dengan PKL ini?

Pada PKL ini, jika diperhatikan secara tidak langsung juga penuh dengan angka sembilan. Lihat saja dari target 100 Peserta yang direncanakan oleh PC GP ANSOR Cilacap, hanya terpenuhi 63 peserta. Jika angka enam (6) dan angka tiga (3) dijumlahkan, maka akan menjadi sembilan (9). Mungkin ini hanya kebetulan. Apakah benar kebetulan? Mari kita cari kebetulan lain yang menunjukkan bahwa PKL ini lekat dengan angka sembilan.

Yaitu pada tanggal pelaksanaannya, tanggal 2, 3, dan 4. Jika ketiga angka tersebut dijumlahkan maka hasilnya adalah sembilan. 2+3+4 = 9. Padahal sebelumnya PKL ini sudah diagendakan pada tanggal 19, 20, 21 Januari 2018, namun atas kehendak Alloh baru dapat dilaksanakan pada tanggal 2, 3, 4 Februari. Dan pelaksanaan PKL ini juga pada tahun 2018 yang dalam penulisannya biasa disingkat dengan ’18, jika dijumlahkan juga menjadi sembilan.

Saya kira terlepas dari kebetulan-kebetulan tersebut, yang hanya Alloh yang tahu atas kebenarannya, ada pesan yang disampaikan kepada semua orang yang terlibat, terutama para peserta, bahwa PKL ini harus melahirkan kader yang benar-benar siap untuk meneruskan garis perjuangan Nahdlatul Ulama. Kader yang memiliki semangat perjuangan walisongo dalam mendakwahkan ajaran islam yang membawa rahmat untuk seluruh masyarakat jawa dan masyarakat umum.

2.  Filosofi Bambu dan Semangat Perjuangan.

PKL ini juga identik dengan Bambu, hampir semua orang yang terlibat dalam PKL menyapakati hal ini. Terbukti dari obrolan yang lalulalang digroup Whatsapp terlihat peserta PKL, Instruktur, dan Pimpinan GP ANSOR Cilacap ramai membicarakan tentang keberadaan Bambu di PKL ini. Sebenarnya hanya ada 2 moment yang memperlihatkan kehadiran bambu dalam kegiatan ini, yaitu saat sesi istirahat makan, dan Saat Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP ANSOR Jawa Tengah mem-baiat atau melantik 63 Peserta PKL.

Moment pertama adalah saat Istirahat makan, Selama saya mengikuti kegiatan ke-GP ANSOR-an, baru di PKL ini saya menemukan dan merasakan sayur Pohon Bambu sebagai hidangan yang disajikan oleh panitia untuk dimakan Peserta dan orang yang hadir dalam PKL. Dihari ke 2 kegaiatan PKL, hampir seharian peserta disuguhi sayuran yang oleh orang cilacap kebanyakan disebut dengan sayur rebung (Bambu Muda) ini.

Selanjutnya adalah Saat Pelantikan yang dilakukan oleh Solahudin Aly,  Ketua PW GP ANSOR Jawa Tengah. Sebelum pelantikan, terlihat Ketua PW GP ANSOR memeluk sebilah potongan bambu, yang kemudian dicelupkan dalam air yang digunakan untuk membasuh kepala seluruh peserta yang dilantik. Awalnya saya agak keheranan dengan apa yang dilakukan oleh Ketua PW GP ANSOR tersebut. Namun keheranan itu terjawab ketika beliau memberikan Arahan kepada seluruh peserta terlantik.
Solahudin Aly,
Ketua PW GP ANSOR Jateng

Beliau menyampaikan bahwa dirinya baru saja mendapat ijazah dari seorang guru, dan gurunya tersebut mendapat ijazah berupa Bambu Runcing yang diberikan langsung oleh KH Subchi Parakan (wafat 1959) atau yang lebih dikenal dengan Kyai Bambu Runcing yang berasal dari Parakan Temanggung.

Dikalangan NU kyai Subchi sudah masyhur dikenal sebagai seorang pejuang yang gigih untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Beliaulah yang menggalang kekuatan para pemuda untuk merebut dan membela Kemerdekaan RI tersebut. beliau juga dikenal sebagai salah satu Guru dari Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Semangat perjuangan mbah Subchi inilah yang harus diteruskan oleh kader GP ANSOR, terutama yang telah mengikuti PKL. Apalagi telah dilantik dengan air yang sudah mendapat sentuhan dari Bambu Runcingnya Mbah Subchi.

Selain semangat perjuangan mbah Subchi, Sebagai Kader GP ANSOR juga harus memahami Filosofi Bambu, saya mencoba mencari referensi di internet yang mengulas tentang Filosofi pohon bambu. Disana disampaikan bahwa bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama. Walaupun setiap hari disiram dan dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja. Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat dan ukurannya tidak lagi dalam hitungan centimeter melainkan meter. Pohon bambu pada usia lima tahun pertama ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar Bukan pada Batang, yang artinya, pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang sangat kuat agar ia bisa menopang ketinggiannya yang berpuluh puluh meter kelak dikemudian hari.

Sebagai kader harus siap sedia menggarap ummat di akar rumput, harus membuat pondasi organisasi yang kuat, di tingkatan yang paling bawah sekalipun. Agar nantinya bangunan organisasi menjadi kokoh dan dan tahan banting meskipun berbagai badai menerjangnya. Jikapun nanti sudah berhasil dari membuat bangunan organisasi, diri setiap kader tidak lantas berbesar hati, berbangga diri melainkan harus tetap rendah hati, menjauhkan dari congkak dan kesombongan.

3.  Loyalitas dan Totalitas.

Pembelajaran ini saya dapatkan dalam PKL ini melihat dari apa yang dilakukan oleh pantia pelaksana. Mereka dengan penuh serius mempersiapkan segala hal guna suksesnya acara pengkaderan ini. Mulai dari menyiapkan tempat, membuat ijin dan pemberitahuan ke berbagai pihak, mencari dukungan, menghubungi narasumber dan hal lainnya yang semuanya harus disiapkan agar PKL dapat berjalan lancar. Tidak mudah untuk melakukan itu semua, tidak semua orang dapat melakukannya meskipun terlihat sederhana. Butuh orang yang memiliki jiwa Totalitas tinggi untuk bersedia menyiapkan semuanya, apalagi kegiatan yang melibatkan banyak orang, dilakukan lebih dari 2 hari dan tentunya orang yang mempersiapkan juga memiliki kesibukan lainnya yang tidak hanya mengurusi PKL. Karena cintalah orang akan melakukannya meskipun banyak menuai tantangan, karena cintalah orang bersedia melakukannya terus menerus bahkan harus mengorbankan dirinya sendiri agar kegiatan yang sedang di persiapkan dapat berjalan lancar. 

Begitulah kader yang memiliki totalitas dan loyalitas tinggi terhadap organisasi. Dan saya melihat itu juga yang dicontohkan oleh panitia pelaksana kegiatan PKL ini. Kang Narto misalnya, Ketua Panitia pelaksana PKL yang tidak dapat mengikuti dan memantau jalannya PKL. Dirinya harus pulang untuk istirahat bahkan harus dilarikan ke klinik, karena kondisi kesehatan yang menurun akibat harus mempersiapkan semua kegiatan PKL dan kegiatan sebelumnya. Sampai malam terakhir kegiatan, kang narto belum dapat bergabung dengan yang lain karena masih harus Istirahat. Tidak hanya kang Narto, belakangan saya mendengar kabar, salah satu panitia Kang Aziz, juga dilarikan ke Klinik untuk Opname karena kondisi fisik yang menurun. Bagi saya, Keduanya menjadi pembelajaran dan potret kader yang memiliki Loyalitas yang tinggi terhadap organisasi. 

Bahwa menjadi kader harus penuh totalitas melaksanakan mandat yang diberikan oleh organisasi kepada dirinya. Apapun yang terjadi, tugas harus dituntaskan semaksimal mungkin.

Beberapa hal  diatas saya dapatkan selama mengikuti proses PKL, dan tentunya masing-masing yang terlibat dalam PKL memiliki pembelajaran tersendiri. Silahkan mengambil hikmah dari apa yang saya tuliskan. Wallohu A’lam Bishhowab.
-----

Baju hijau berkombinasi putih itu adalah identitas organisasi, siapapun yang memakainya harus menjaganya, harus mampu memberikan yang terbaik. Karena siapapun yang memakai identitas organisasi, sebenarnya dirinya sedang mencitrakan organisasi tersebut. sehingga, jikapun kita belum bisa memberikan yang terbaik untuk organisasi kita, minimal jangan sekali-sekali membuat “kotor” organisasi kita. (123)