Selasa, 06 Februari 2018

Angka 9, Bambu Runcing dan Totalitas

Karangpucung, kitaberjejak.blogspot.co.id – Baju Hijau berkombinasi Putih itu terpaksa kulepas, saat menaiki motor Sport sejenis KLX ketika gerimis masih saja tidak menunjukkan i’tikadnya untuk berhenti berjatuhan di Desa Sindangbarang Karangpucung. Kondisi ini mengharuskan saya untuk hanya berkaos oblong berwarna hitam, ketika pulang dari Rihlah bersama sahabat-sahabat kelompok 6.  karena bagi saya baju hijau tersebut harus terlindungi dari percikan air berlumpur yang ditimbulkan oleh laju sepeda motor tanpa penutup roda belakang tersebut. Apalagi baju tersebut masih akan dipakai sampai malam hari, untuk melanjutkan kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) Kabupaten Cilacap.

Rihlah merupakan satu dari sekian Sesi, yang harus diikuti oleh seluruh peserta PKL GP ANSOR Kabupaetn Cilacap. Pada sesi rihlah ini, peserta diharuskan berbaur dengan masyarakat di wilayah yang telah ditentukan, untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tersebut. tak hanya di identifikasi, persoalan tersebut juga harus dianalisa kemudian dirumuskan solusi pemecahan masalahnya dan dituangkan dalam rekomendasi hasil Rihlah. Rihlah merupakan sesi penghujung dari rangkaian acara PKL yang diselenggarakan sejak 2 hingga 4 Februari 2018 oleh Pimpinan Cabang (PC) GP ANSOR Kabupaten Cilacap.
Rihlah di Dusun Jetak, Sindangbarang, Karangpucung

PKL merupakan kaderisasi formal tingkat menengah yang hanya dapat diikuti oleh kader GP ANSOR yang telah lulus kaderisasi tingkat dasar dan hanya dapat diselenggarakan oleh Kepengursan GP ANSOR setingkat Cabang atau diatasnya. Pada PKL yang diselenggarakan di MI Nurul Iman Sendangbarang Karangpucung ini, di ikuti oleh 63 Peserta dari 3 kabupaten yang berbeda, yaitu Cilacap, Banyumas dan Purbalingga. Dengan dipandu langsung oleh instruktur tingkat Wilayah Jawa Tengah, dan 5 Narasumber dari Pimpinan Pusat GP ANSOR.

Dalam pelaksanaannya, dalam pandangan saya, PKL ini memiliki beberapa hal yang menarik dan kemungkinan hal tersebut merupakan sebuah pesan yang memiliki filosofi yang dalam. Dan baru disadari menjelang Penutupan. Beberapa hal yang menjadi pembelajaran menarik tersebut diantaranya :

1. Angka Sembilan (9)

Kita tahu bahwa angka sembilan merupakan angka yang sangat dekat dengan Organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Angka Keramat yang tidak bisa dilepaskan dengan NU. Hal itu bisa dilihat dari jumlah bintang yang ada di Lambang NU berjumlah 9 buah, yang memiliki filosofi bahwa NU itu meneruskan semangat perjuangan Walisongo yang berjumlah sembilan orang, dalam berdakwah menyebarkan ajaran islam ditanah jawa.
Tidak hanya di NU, angka sembilan juga sangat lekat dengan orang jawa. Bahwa dalam tradisi arab tulisan jawa terdiri dari huruf Jim dan Wawu yang mana masing-masing memiliki bobot nilai. Huruf Jim berbobot 3 dan Wawu berbobot 6 jika keduanya dijumlahkan hasilnya menjadi angka 9. Lantas apa hubungannya angka 9 dengan PKL ini?

Pada PKL ini, jika diperhatikan secara tidak langsung juga penuh dengan angka sembilan. Lihat saja dari target 100 Peserta yang direncanakan oleh PC GP ANSOR Cilacap, hanya terpenuhi 63 peserta. Jika angka enam (6) dan angka tiga (3) dijumlahkan, maka akan menjadi sembilan (9). Mungkin ini hanya kebetulan. Apakah benar kebetulan? Mari kita cari kebetulan lain yang menunjukkan bahwa PKL ini lekat dengan angka sembilan.

Yaitu pada tanggal pelaksanaannya, tanggal 2, 3, dan 4. Jika ketiga angka tersebut dijumlahkan maka hasilnya adalah sembilan. 2+3+4 = 9. Padahal sebelumnya PKL ini sudah diagendakan pada tanggal 19, 20, 21 Januari 2018, namun atas kehendak Alloh baru dapat dilaksanakan pada tanggal 2, 3, 4 Februari. Dan pelaksanaan PKL ini juga pada tahun 2018 yang dalam penulisannya biasa disingkat dengan ’18, jika dijumlahkan juga menjadi sembilan.

Saya kira terlepas dari kebetulan-kebetulan tersebut, yang hanya Alloh yang tahu atas kebenarannya, ada pesan yang disampaikan kepada semua orang yang terlibat, terutama para peserta, bahwa PKL ini harus melahirkan kader yang benar-benar siap untuk meneruskan garis perjuangan Nahdlatul Ulama. Kader yang memiliki semangat perjuangan walisongo dalam mendakwahkan ajaran islam yang membawa rahmat untuk seluruh masyarakat jawa dan masyarakat umum.

2.  Filosofi Bambu dan Semangat Perjuangan.

PKL ini juga identik dengan Bambu, hampir semua orang yang terlibat dalam PKL menyapakati hal ini. Terbukti dari obrolan yang lalulalang digroup Whatsapp terlihat peserta PKL, Instruktur, dan Pimpinan GP ANSOR Cilacap ramai membicarakan tentang keberadaan Bambu di PKL ini. Sebenarnya hanya ada 2 moment yang memperlihatkan kehadiran bambu dalam kegiatan ini, yaitu saat sesi istirahat makan, dan Saat Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP ANSOR Jawa Tengah mem-baiat atau melantik 63 Peserta PKL.

Moment pertama adalah saat Istirahat makan, Selama saya mengikuti kegiatan ke-GP ANSOR-an, baru di PKL ini saya menemukan dan merasakan sayur Pohon Bambu sebagai hidangan yang disajikan oleh panitia untuk dimakan Peserta dan orang yang hadir dalam PKL. Dihari ke 2 kegaiatan PKL, hampir seharian peserta disuguhi sayuran yang oleh orang cilacap kebanyakan disebut dengan sayur rebung (Bambu Muda) ini.

Selanjutnya adalah Saat Pelantikan yang dilakukan oleh Solahudin Aly,  Ketua PW GP ANSOR Jawa Tengah. Sebelum pelantikan, terlihat Ketua PW GP ANSOR memeluk sebilah potongan bambu, yang kemudian dicelupkan dalam air yang digunakan untuk membasuh kepala seluruh peserta yang dilantik. Awalnya saya agak keheranan dengan apa yang dilakukan oleh Ketua PW GP ANSOR tersebut. Namun keheranan itu terjawab ketika beliau memberikan Arahan kepada seluruh peserta terlantik.
Solahudin Aly,
Ketua PW GP ANSOR Jateng

Beliau menyampaikan bahwa dirinya baru saja mendapat ijazah dari seorang guru, dan gurunya tersebut mendapat ijazah berupa Bambu Runcing yang diberikan langsung oleh KH Subchi Parakan (wafat 1959) atau yang lebih dikenal dengan Kyai Bambu Runcing yang berasal dari Parakan Temanggung.

Dikalangan NU kyai Subchi sudah masyhur dikenal sebagai seorang pejuang yang gigih untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Beliaulah yang menggalang kekuatan para pemuda untuk merebut dan membela Kemerdekaan RI tersebut. beliau juga dikenal sebagai salah satu Guru dari Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Semangat perjuangan mbah Subchi inilah yang harus diteruskan oleh kader GP ANSOR, terutama yang telah mengikuti PKL. Apalagi telah dilantik dengan air yang sudah mendapat sentuhan dari Bambu Runcingnya Mbah Subchi.

Selain semangat perjuangan mbah Subchi, Sebagai Kader GP ANSOR juga harus memahami Filosofi Bambu, saya mencoba mencari referensi di internet yang mengulas tentang Filosofi pohon bambu. Disana disampaikan bahwa bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama. Walaupun setiap hari disiram dan dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja. Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat dan ukurannya tidak lagi dalam hitungan centimeter melainkan meter. Pohon bambu pada usia lima tahun pertama ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar Bukan pada Batang, yang artinya, pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang sangat kuat agar ia bisa menopang ketinggiannya yang berpuluh puluh meter kelak dikemudian hari.

Sebagai kader harus siap sedia menggarap ummat di akar rumput, harus membuat pondasi organisasi yang kuat, di tingkatan yang paling bawah sekalipun. Agar nantinya bangunan organisasi menjadi kokoh dan dan tahan banting meskipun berbagai badai menerjangnya. Jikapun nanti sudah berhasil dari membuat bangunan organisasi, diri setiap kader tidak lantas berbesar hati, berbangga diri melainkan harus tetap rendah hati, menjauhkan dari congkak dan kesombongan.

3.  Loyalitas dan Totalitas.

Pembelajaran ini saya dapatkan dalam PKL ini melihat dari apa yang dilakukan oleh pantia pelaksana. Mereka dengan penuh serius mempersiapkan segala hal guna suksesnya acara pengkaderan ini. Mulai dari menyiapkan tempat, membuat ijin dan pemberitahuan ke berbagai pihak, mencari dukungan, menghubungi narasumber dan hal lainnya yang semuanya harus disiapkan agar PKL dapat berjalan lancar. Tidak mudah untuk melakukan itu semua, tidak semua orang dapat melakukannya meskipun terlihat sederhana. Butuh orang yang memiliki jiwa Totalitas tinggi untuk bersedia menyiapkan semuanya, apalagi kegiatan yang melibatkan banyak orang, dilakukan lebih dari 2 hari dan tentunya orang yang mempersiapkan juga memiliki kesibukan lainnya yang tidak hanya mengurusi PKL. Karena cintalah orang akan melakukannya meskipun banyak menuai tantangan, karena cintalah orang bersedia melakukannya terus menerus bahkan harus mengorbankan dirinya sendiri agar kegiatan yang sedang di persiapkan dapat berjalan lancar. 

Begitulah kader yang memiliki totalitas dan loyalitas tinggi terhadap organisasi. Dan saya melihat itu juga yang dicontohkan oleh panitia pelaksana kegiatan PKL ini. Kang Narto misalnya, Ketua Panitia pelaksana PKL yang tidak dapat mengikuti dan memantau jalannya PKL. Dirinya harus pulang untuk istirahat bahkan harus dilarikan ke klinik, karena kondisi kesehatan yang menurun akibat harus mempersiapkan semua kegiatan PKL dan kegiatan sebelumnya. Sampai malam terakhir kegiatan, kang narto belum dapat bergabung dengan yang lain karena masih harus Istirahat. Tidak hanya kang Narto, belakangan saya mendengar kabar, salah satu panitia Kang Aziz, juga dilarikan ke Klinik untuk Opname karena kondisi fisik yang menurun. Bagi saya, Keduanya menjadi pembelajaran dan potret kader yang memiliki Loyalitas yang tinggi terhadap organisasi. 

Bahwa menjadi kader harus penuh totalitas melaksanakan mandat yang diberikan oleh organisasi kepada dirinya. Apapun yang terjadi, tugas harus dituntaskan semaksimal mungkin.

Beberapa hal  diatas saya dapatkan selama mengikuti proses PKL, dan tentunya masing-masing yang terlibat dalam PKL memiliki pembelajaran tersendiri. Silahkan mengambil hikmah dari apa yang saya tuliskan. Wallohu A’lam Bishhowab.
-----

Baju hijau berkombinasi putih itu adalah identitas organisasi, siapapun yang memakainya harus menjaganya, harus mampu memberikan yang terbaik. Karena siapapun yang memakai identitas organisasi, sebenarnya dirinya sedang mencitrakan organisasi tersebut. sehingga, jikapun kita belum bisa memberikan yang terbaik untuk organisasi kita, minimal jangan sekali-sekali membuat “kotor” organisasi kita. (123)

17 komentar:

  1. Semoga alumni PKL bambu runcing 99 bisa memberikan yg terbaik buat bangsa, agama, dan keluarga...amin

    BalasHapus
  2. Siip lh semoga bermanfaat dan berguna bagi nusa dan bangsa

    BalasHapus
  3. Kyai Subkhi Parakan,,,

    Alfatihah,,,,

    BalasHapus
  4. Terharu aku kiye kang...
    Utk alumni PKL Bambu runcing 99. Semoga keberkahan selalu menyertai&semakin ikhlas semakin NU

    #pagar baja gerakan kita

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Luar biasa gus...
    Ada rasa sesal.. mboten sios nderek....

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, maturnuwun
    Mantaplah pokoke salam sahabat dr kelompok 3

    BalasHapus
  8. Josssss kie walaupun langka potoku aku anggota kelompok 6 yg dibelakang layar ..... Ora kudu katon gambare lah hhhhhhh

    BalasHapus
  9. sing moto sing josss.. matursuwun atas fotonya sahabat...

    BalasHapus
  10. Fokus pd orng yg dipoto jngn ke yang lain.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus